Sepasang puisi mati di diary pagi ini. Terbunuh pena yang kehabisan kata, juga bahasa-bahasa tak terbaca. Ada banyak kata tuk ungkapmu juga indahmu, namun ku hanya punya satu kata: Entah.
Kukira semalam mimpimu yang datang, ternyata mimpiku yang bangun kesiangan. Mentari menertawakanku pagi ini, hingga kuterbayang Putri sedang membaca, ajarkan kata-kata agar bahasa terkata, kata-kata tertawa, senyumnya jelas terbaca.
Lama sudah kami tak bicara, mungkin karenamu. Atau mungkin seharusnya kami ganti topik bicara, aku lupa, sudah lama aku tal sekolah, tah seharusnya kami bicarakan IPA. Fisika selalu sama, kami sudah lewati Gelombang, tapi ku belum hafal rumus Hambatan. Akhirnya ku tahu kenapa perasaan ini konstan; Ternyata masih banyak PR yang belum ku kerjakan.
Aku kehabisan kata-kata. harusnya puisi ini hampir jadi, tapi ku ragu dan bertanya: Untuk siapa puisi ini, untukmu ataukah Putri? Tapi sudahlah, bila kau sudah selesai baca, pinjamkan pada Putri agar dibaca atau dikoreksi.
Tak perlu bertanya lagi, percayalah, aku sudah kehabisan kata...
12 Maret 2007
0 komentar:
Posting Komentar