July: Chain of Memory

Akhirnya bulan Juli juga. Ada banyak yang hendak saya tulis tentang bulan ini tapi saya akan tunda hingga tanggal yang paling bersejarah bagi saya di bulan ni: 6-7 Juli.

Read More...

Respect

Hari ini puasa seperti biasanya. Tidak Tahajjud karena telat bangun, hampir tak ada waktu senggang antara sahur dan adzan. Setelah shubuh ternyata saya langsung K.O; tidur, tidur dan tidur... Eh, ternyata di tengah-tengah itu semua sakit gigi saya kambuh dan ternyata belum reda hingga kuliah sore, bahkan hingga sekarang. Mungkin sebaiknya dicabut saja, kalo sudah kayak gini rasa sakitnya gak hanya terasa akibatnya dari segi fisik dan juga phsycis. Mata dan telinga kanan saya juga ikut nyeri dan rasa-rasanya kepribadian saya jadi aneh, nada suara saya jadi meninggi selain itu rasanya emosi saya juga terkadang meluap tanpa sebab.
Waktu kuliah sore, Fifi pingsan, saya kurang tahu sebabnya, mungkin kecapekan, bisa jadi dia puasa. Ooops, saya melihat wajahnya. Teman-teman cowok kebingungan semua, kami tidak mungkin membantu menggendongnya, tapi membiarkan teman-teman cewek kesulitan mengangkat kayaknya juga gimana, tapi akhirnya mereka berhasil juga menggotongya tanpa bantuan kami. Harus diakui, kebanyakan perempuan masa kini adalah makhluk yang lemah dari segi fisik, itu sudah kodrat mereka, sebagai lelaki seharusnya kita lebih peduli.
Saya hendak menertawai diri saya sendiri, rasa-rasanya dalam hidup saya perempuan adalah misteri, jarang sekali di antara mereka yang bisa saya pahami apalagi memahami saya. Bila ada makhluk yang paling tidak memahami perempuan, makhluk itu tentulah laki-laki!
Saya jadi merenung sendiri, kenapa alumni TMI cenderung lebih unggul dibanding TMaI. jadi ingat dulu ketika jadi pengurus konsul, kalau ada tugas mengerkjakan dekorasi, selain harus mengerjakan dekorasi punya kami, saya harus mengerjakan punya konsul putri juga, ternyata di antara mereka tidak ada

Read More...

Girls Makes Troubles

Meski sudah lama tau kalau novelnya ust. Restu R.A yang judulnya Girls Makes Troubles dah terbit, tapi baru kemarin saya bisa baca secara langsung. Ha3X, saya juga baru tau kalau ternyata ada ucapan terima kasih buat saya karena saya yang membantu ngirimin naskah novel itu ke penerbit MataPena via email...

Read More...

Meet The Eagle's Queen

Hingga hari ini saya belum belum menemukan obat yang tepat untuk atasi sakit gigi saya. Tapi ternyata mencoba tuk selalu tersenyum dan ceria bisa mengurangi ngilu yang saya derita, selain itu saya mencoba bernyanyi, hmhmmm, suaranya memang tidak terlalu bagus sih, jadi nyanyi tidak perlu keras-keras, lagu yang saya nyanyikan dan saya dengar hari ini adalah"Hari Ini Kau yang Punya (Esok Lebih Baik) - DRIVE" yang jelas, untuk saat-saat ini sebaikya saya tidak mendengarkan lagu-lagu yang bertemakan cinta, bahaya, karena itu bisa saja membuat saya terbawa suasana. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk cinta, masih banyak mimpi dan harapan yang terlebih dahulu saya wujudkan.
Sorenya ada mata kuliah Manajemen Lembaga Riset, gawat, saya belum mengerjakan tugas dari dosen, padahal itu sudah 2 minggu yang lalu. Sempat ada niatan untuk tidak masuk, tapi karena ada teman lain yang senasib-seperjuangan dengan saya, maka kami buat keputusan nekat: MASUK KULIAH apapun resikonya. He3X, ternyata dosennya tidak ada, setidaknya saya selamat hingga minggu depan. Selepas pulang dari kampus ternyata tidak disangka-sangka untuk pertama kalinya saya bertemu dengan The Eagle's Queen, hmhmmm, ternyata dia lebih tinggi dari Putri dan bahkan lebih tinggi dibanding saya. Tanpa basa-basi saya langsung nanya to the point:"Fela lo apain???" Dia hanya tersenyum lalu kami berbincang singkat. Ternyata dia hendak pulang, saya baru ingat kalo buku saya yang dipinjamnya belum dikembalikan. Hmhmmm, kalo adik Fida yang baru berumur 12 tahu saja tingginya sudah sepundak saya, bagaimana nanti beberapa tahun lagi, wah3X, bisa-bisa saya kalah tinggi, ya sudah, langsung pulang ke kamar, ambil training dan kaos, saya harus lebih giat lagi olah raga.

Read More...

Illuminati (2)

Seperti malam-malam sebelumnya, karena sakit gigi saya kambuh malam ini saya tidak nyenyak tidur hingga larut, daripada buang-buang waktu dengan percuma saya ke kamar kak Dho saja, habiskan malam dengan membaca buku. Malam ini, buku ini buku yang saya ambil adalah "Tuhan Ada di Mana-mana" karya Quraish Shihab. Buku itu membahas tentang wahyu ALLAH yang tersirat di alam dan/lalu dikaitkan dengan wahyunya yang tersirat di Al-Quran. Buku yang menarik, cocok dijadikan bahan renungan untuk mereka yang butuh lebih dari sekedar doktrin agama untuk meyakini kebenaran Tuhan, betapa alam semesta menjadi bukti keagungan dan kuasa-Nya.
Bab awal buku ini berkisah tentang alam semesta, mulai dari penciptaannnya, benda-benda angkasa luar, bintang, matahari, bulan, bumi, dan sebagainya. Semalam saya hanya sempat baca sekitar 50 halaman, sampai pada bab tentang cahaya. Ada banyak fakta yang ada dalam alam dan baru bisa ditemukan para ilmuwan dengan menggunakan teknologi mutakhir ternyata sudah diungkap oleh Al-Quran jauh sebelumnya, subhanallah. Di antaranya adalah perbedaan istilah yang dipakai Al-Quran untuk membedakan cahaya matahari dan bulan. Cahaya matahari disebut dengan Dhiya' sedangkan cahaya bulan disebut Nur. Dalam bahasa Arab, meskipun sama-sama bermakna cahaya namun ada perbedaan antara dhiya' dan nur. dhiya' bermakna cahaya yang terpancar dari benda tersebut sendiri misalnya seperti cahaya api, sedangkan nur adalah cahaya yang merupakan pantulan dari sumber cahaya lainnya misalnya seperti ketika kita mengatakan wajah sesorang bercahaya bukan berarti wajah tersebut mengeluarkan cahaya tapi memantulkan cahaya dari sumber cahaya yang lain.
Dalam bahasa sehar-hari, kata 'cahaya' seringkali identik dengan kebenaran, petunjuk, keselamatan dan lain sebagainya. Maka tak heran bila ada istilah Islam adalah cahaya, iman adalah cahaya, hidayah ALLAH adalah cahaya... Ha3X, lagi-lagi cahaya, rasanya yang kian masuk dalam mazes of love, semoga saja saya tidak tersesat di dalamnya. Alhamdulillah, hingga hari ini perasaan ini masih belum menunjukkan gejala-gejala negatif, saya masih bisa mengendalikan perasaan dan menyikapi cinta ini sewajarnya, tidak ada rindu bahkan meskipun kami tidak pernah bertemu ternyata hati saya tidak terdorong untuk mencari tahu seperti apa dia. Saya sekarang sudah cukup dewasa tuk bisa membedakan antara cinta dan rasa ingin memiliki. Cinta sejati lebih mengutamakan kebahagiaan orang yang kita cintai meskipun kita menderita karenanya, berbeda dengan rasa ingin memiliki yang lebih mementingkan ego dan tentu saja cinta jenis ini lebih tepat dikatakan sebagai nafsu semata. Wallahu a'lam bish-showab...
Bila kelam malam berganti cahaya pertanda pagi kan tiba, akan ada hari-hari baru setelahnya. Semoga saja seperti namanya, 'Cahaya' kan menjadi nur yang menunjukkan saya pada hidayah-Nya, amien.

Read More...

What a Painfull Night

Wisuda MTA '08:
Rasanya sakit, teringat tahun lalu masih sama Puput, tapi sekarang gak...
Malam ini sakit gigi saya kambuh lagi. Saya coba tuk tidur dengan tenang, tapi rupanya sulit sekali, ngilu, sangat ngilu, rasa-rasanya saya mau jungkir balik di kamar. Setelah beberapa saat, saya coba tuk tenang, saya berbaring terlentang, saya beri sugesti pada diri saya sendiri: Tidak sakit... tidak sakit... sakit *Auuuh* tapi ternyata tetap sakit. Lalu saya dengarkan lagu dengan harapan saya bisa tenang dan ngilunya -sedikit- reda, saya pilih Sebelum Cahaya-nya LETTO, tapi saya berubah pikiran, gawat, kalau dengar lagu ini sebelum tidur bisa saja saya bermimpi tentang 'Cahaya' sebagaimana malam sebelumnya, saya tidak boleh terbawa suasana, meskipun saya jatuh cinta padanya bukan berarti saya boleh berangan-angan tentang dirinya, saya harus tetap menjaga hati saya. Akhirnya saya pilih lagu 'Cahaya Bulan' yang jadi soundtrack-nya film GIE: "Aku orang malam yang membicarakan terang. Aku orang tenang yang menuntut kemenangan oleh pedang... cahaya bulan menusukku dengan ribuan pertanyaan yang takkan pernah kutahu di mana jawaban itu..." *Auuuh3X* Ternyata gigi saya tetap saja ngilu, maka saya coba cara lain. Saya jalan ke kantor MA dan nulis blog ini *Au... au... auuu!* Tetep saja sakit...

Read More...

Raise Up Love

Dalam Bahasa Indonesia, 'cinta' dianalogikan dengan kata 'jatuh', jadilah idiom 'jatuh cinta'. Tapi bagi saya tidak, cinta tidak pantas bila digabung dengan kata jatuh, karena bagi saya cinta adalah anugerah, cinta telah menjadi inspirasi saya dalam berkarya. Bila rasa itu ada di hati saya, saya tidak akan mengatakan bahwa saya sedang jatuh cinta, tapi sedang 'naik cinta' *ha3X, ada-ada saja*

Tadi pagi waktu mampir ke kamar teman, ternyata dia sedang nyetrika baju, timbul niat iseng saya, saya belajar ke dia bagaimana menyetrika baju! he3X, ternyata kalo ikut metode yang benar jadi rumit n sulit. Saya jadi ingat waktu terakhir kali nyetrika baju setahun yang lalu, waktu itu jempol kanan saya terkena setrika, lumayan sakit, gara-gara itu saya terpaksa SMS-an dengan tangan kiri selama hampir seminggu. Ha3X, kalau ingat-ingat lebih jauh lagi, di masa kecil saya dulu, saya selalu diajari untuk rapi, ibu saya adalah orang yang sangat peduli pada penampilan saya, setiap hendak berangkat ke sekolah, rambut saya disisi, terus harus pakai hand-body lotion, pakai beda, bahkan lipstik! dan itu berlanjut hingga saya kelas tiga MI, umur saya waktu itu kira-kira 9 tahun. Tapi setelah dewasa, apalagi setelah masuk ke AL-AMIEN, mungkin karena sikap cuek saya yang terlalu berlebih, saya jadi tidak peduli pada penampilan. Seingat saya, selama saya tidak pernah beli sisir n minyak rambut, apalagi minyak wangi, pokoknya saya paling ogah dandan. Jadi wajar saja kalau saya tidak bisa nyetrika hingga sekarang.
Nah, mungkin karena sudah dikenal dengan sikap cuek soal penampilan, teman saya heran kenapa hari ini saya belajar nyetrika "Ehmmmm, ketemu bidadari darimana ni... sedang jatuh cinta ya???" Haaah!!! kalau di sini ada professor Snape, saya akan segera minta diajarai oclumency, gawat teman saya bisa baca pikiran saya...
Hmhmmm... beberapa tahun yang lalu saya bertemu dengan seseorang yang ternyata merubah persepsi saya tentang cinta, pertemuan yang singkat, namun sangat besar dampaknya bagi hidup saya, dialah yang merubah saya menjadi orang yang lebih terbuka. Lebih gentle, tapi sudahlah, saya masih ingat bahwa masih ada mimpi dan cita-cita yang harus saya wujudkan, dan saya tidak boleh lupa kalau saya adalah anak sulung, paling tidak saya harus memastikan adik-adik saya siap untuk hidup mandiri baru setelah itu saya memikirkan tentang cinta. Alhamdulillah, berapapun wanita yang datang dalam hari-hari saya, saya masih ingat pada prinsip saya, alhamdulillah saya masih bisa jaga perilaku saya, saya masih hati-hati terhadap batasan-batasan agama. Namun sekarang cobaan dalam bentuk lain datang, rasanya seseorang yang belum pernah saya kenal dan belum pernah saya temui masuk ke dalam hati saya. Saya hanya tahu bahwa dia adalah orang yang smart tapi agamis, benar-benar memenuhi kriteria alumni TMaI yang sesungguhnya, celaka, akan butuh waktu lama untuk melupakannya. . . ya sudah, cinta bukanlah sebuah kesalahan, apalagi dosa, tinggal bagaimana kita menyikapinya saja.

Read More...

Ujian

Dulu, waktu aku masih sekolah
Pelajaran tak ubahnya sebuah jebakan
Matematika menjebak dengan angka-angka
Sejarah menjebak dengan nama dan peristiwa
Geografi menjebakku dengan skala dan peta buta

Dan ketika ujian menganga di depan mata
Datang begitu saja di ambang pintu
Buatku begitu rindu pada buku:
“Lama menunggu, hampir setahun kita tak bertemu”
Cepat sekali waktu berlalu
Rasanya baru kemarin ku membeli buku baru

Kamipun mati-matian berjuang semalaman
Tamatkan pelajaran tanpa sedikitpun pemahaman
Inilah metode belajar yang kami terapkan
Sistem baru bernama Sistem Kebut Semalam

Ternyata paginya begitu lelah buku kubaca
Tiap kata kucurkan keringat tak trebaca
Namun hasilnya tak mengecewakan
Siap sudah kutantang ujian dan segala jebakannya
Siap sudah kuterima raport yang penuh merah

Dan ketika ujian berlalu
Entah kemana perginya buku
“Ah sudahlah, ujian nanti dia pasti kembali”
Bila ternyata waktu cepat berlalu pergi
Dia kan kembali sebagai buku baru lagi

“Aku kan merindukanmu buku, kumpulkanlah ilmu!”
Sampai jumpa di ujian mendatang
Semoga pelajaran setahun bisa kita selesaikan semalam
Semoga ujian mendatang tak sesulit sekarang.

Read More...

Sakit Gigi

Sudah 2 hari ini saya sakit gigi *auuuh* rasanya rame, gigi ngilu, telinga sakit, mata sakit, kepala pusing *tumben kompakan kayak gini* Sudah gitu saya baru ngerasakan sendiri bukti bahwa otak kiri lah yang mengatur organ tubuh bagian kanan, begitu juga sebaliknya. Buktinya gigi saya yang sakit adalah geraham bawah sebelah kanan, otomatis telinga, mata dan kepala saya bagian kanan yang sakit, tapi ternyata tangan dan kaki kiri saya yang jadi agak kikuk, mau melepa sandal saja sempat mau jatuh...
Pesan moral: Ternyata lebih baik sakit hati daripada sakit gigi. Waktu sakit hati saya masih bisa banyak makan n nyenyak tidur, tapi kalo sakit gigi *auuuuh* gak bisa tu...
Oh ya ada kejadian menarik waktu hari pertama sakit gigi, karena saya tidak bisa tidur semalaman maka lewat tengah malam saya putusin tuk shalat tahajjud sampe sakitnya ilang, eh ternyata entah shalat yang keberapa saya ketiduran n baru bangun setelah adzan shubuh. Anehnya dalam mimpi saya terngiang-ngiang lagu Sebelum Cahaya-nya Letto dan yang saya mimpikan ternyata adalah 'cahaya'!!! What a... ketika saya cerita tentangnya ke kak Dho, jawaban simple, saya harus hati-hati cz kayaknya 'Warning! pink virus detected' i am falling in love *astagfirullah* seperti saya memang sedang diuji-Nya, bukan ujian yang ringan cz dia perfect banget!

Read More...

DIA, Perempuan Dicintai Luka

I

“Tunggu, jangan lari pengecut!” dari dalam rumah Raji berteriak lalu berlari sekuat tenaga mengejar lelaki bertopeng yang berlari kencang meninggalkan pekarangan rumahnya. Pria berumur 26 tahun bernama Raji adalah pribadi yang luar biasa, disegani lawan maupun kawan, badannya tegap dengan tinggi 180 centi, menguasai ilmu kanuragan dan dikenal sebagai jawara pilih tanding desa apalagi dirinya adalah seorang klebun, hampir mustahil ada yang berani mengusik ketenangan apalagi nekat menyatroni rumahnya. Tapi tidak malam ini, seorang lelaki bertopeng melumpuhkan dua orang yang berjaga depan rumahnya, berhasil menyusup ke dalam dan dengan begitu mudahnya kabur setelah berhasil mencuri apa yang dia cari, seorang bayi.
“kembalikan bayi itu atau celurit ini yang akan berbicara” lanjut Raji. langkah kaki lelaki bertopeng di depannya kian keras terdengar, dia tidak kalah cepat, tapi bayi itu pasti menyulitkan langkahnya, lagipula gerimis telah membuat jalanan menjadi licin. “Belum terlalu jauh untuk mengejar” pikirnya dalam hati.
Sang lelaki bertopeng menghentikan langkahnya. Dia tertegun mendengar kata-kata Raji, tangannya mengepal, gagang celurit dalam genggamannya kini basah oleh keringatnya yang mengucur deras, dia memandang tubuh mungil dalam gendongannya, begitu nyenyak seakan tidak terjadi apa-apa. Kini keraguan menyelimutinya, dia sadar, dia takkan tega membunuhnya.
“Letakkan bayi itu! Hadapi aku sebagai seorang lelaki, kita bertarung sampai mati!” Teriakan Raji semakin keras, emosinya telah mendidih, memuncak hingga ke ubun-ubun kepalanya.
Lelaki itu terkejut lalu membalikkan badannya, menoleh pada Raji yang kini hanya beberapa langkah di belakangnya. “Apakah kau akan membunuhku sebagaimana kau membunuh ayah kandungmu sendiri”
Nafas Raji naik turun, matanya kian melotot. “Siapa kamu? Apa maksudmu?”
Perlahan lelaki itu membuka udeng yang menutupi mukanya. Lelaki itu sudah cukup tua, umurnya hampir 60 tahun, wajahnya dipenuhi keriput, rambutnya tidak lagi hitam, uban telah menguasai kepalanya. “Apakah kau akan membunuh orang yang ikhlas merawatmu, Raji?”
Raji terperanjat, celurit dalam genggamannya nyaris terjatuh, nafasnya kian tidak beraturan, dia tidak mampu menyembunyikan keterkejutannya. Dia sangat mengenalnya “Paman. Apa maksudnya semua ini, Paman?” Raji tidak mampu berkata-kata, kemarahannya timbul tenggelam.
Kadir menghela nafas, menenangkan dirinya. Memang seharusnya dia tidak melakukan ini, tidak seharusnya bayi tidak berdosa dalam gendongannya menjadi korban kekhawatirannya. Keraguan masih menyelimutinya, bukankah dia punya alasan. “Harusnya kamu membuang jauh-jauh anak ini, kalau perlu bunuhlah dia dengan tanganmu sendiri”
Raji kian bingung. “Apa maksud paman? Aku tidak mungkin membunuhnya, anak itu telah kuanggap darah dagingku sendiri”
“Anak ini hanya kan membawa sial bagimu, dia memang terlahir untuk mendatangkan malapetaka bagimu” Kadir mengelus-ngelus jenggotnya yang telah memutih. Diperhatikannya raut muka Raji, penjelasannya padanya ternyata masih menyisahkan tanda tanya, begitu jelas tergambar pada wajahnya. “Percayalah pada ramalanku, aku melihat tanda-tanda tidak baik pada anak ini. Kelak bila dia tumbuh dewasa ke mana dia melangkah, maka akan tersebar bau anyir darah”
“Paman, aku tidak peduli dengan itu semua. Aku Raji, aku tidak pernah takut menghadapi takdir, apalagi pada ramalan yang belum tentu terjadi”
“Kamu memang keras kepala seperti ayah dan ibumu,” lagi-lagi Kadir diselimuti keraguan, apakah dia akan mengungkit kenangan pahit itu kembali. Dia menghela nafas, keraguannya begitu jelas tergambar. “Kamu tahu sendiri, kematian ibumu di tangan ayahmu lalu murkahmu atas kematiannya yang membuatmu gelap mata lalu membunuh ayah kandungmu sendiri; semua sudah paman ramalkan jauh sebelum kelahiranmu, tapi ayahmu tidak pernah percaya ramalan, sama sepertimu”
Raji memandangi celurit dalam genggamannya, celurit yang sama, yang merenggut nyawa ayah dan ibunya. Dia melemparkan celurit itu ke tanah, tanah yang gembur membuat benda itu menancap cukup dalam. Dia berlutut, kedua tangannya menutup mukanya, bayangan kedua orang tuanya memenuhi kegelapan saat dia terpejam, suara jeritan ibu dan murka ayahnya tidak henti menggema dalam pikirannya. Rasanya baru kemarin semuanaya terjadi.
Sampai kapanpun Raji tidak mungkin melupakan peristiwa itu. Tepatnya sepuluh tahun yang lalu, ketika dia baru berumur 16 tahun. Raji muda adalah anak yang pemberani, dibandingkan teman-temannya yang lain badannya tak terlalu besar, tapi tidak seorangpun yang mungkin berani mengganggunya, selain karena sudah berlatih bela diri sejak kecil, terlebih karena reputasi keluarganya, membuat orang lain yang berurusan dengannya memilih mundur hanya karena mendengar namanya.
Ibunya bernama Aminah, gadis desa yang baik hati, cantik dan menarik minat semua lelaki untuk meminang atau sekedar usil menggodanya, tapi semua tentu mengurungkan niatnya begitu tahu siapa kakaknya. Kadir, sang jawara desa. Ditambah lagi bila mendengar dengan siapa mereka harus bersaing untuk mendapatkannya. Suraji, anak juragan tanah juga kakak seperguruan Kadir, yang tentu saja tak kalah hebat.
Berbeda dengan ibunya, ayah Raji, Suraji adalah orang yang kasar, tidak mengenal kompromi, berambisi, terutama untuk menjadi seorang klebun. Keinginannya wajib terpenuhi dan tentu saja dia mampu menghalalkan segala cara. Tapi bukan itu perangai buruk yang menyebabkan kematiannya, dia adalah lelaki hidung belang yang doyan perempuan, itulah yang mengantarkannya sedikit lebih cepat pada kematian, terbakar cemburu dan amarah yang memuncak, menyebabkan istrinya, ibu Raji. Nekat menikamnya dengan celuritnya sendiri dari belakang. Namun luka yang menganga di punggungnya karena sabetan celurit ternyata belum cukup untuk membunuhnya. Suraji berhasil membalikkan keadaan. Meskipun Aminah adalah adik kandung Kadir, namun sama sekali tidak mempelajari kanuragan. Sekali tendang cukup bagi Suraji untuk menjatuhkannya. Celurit dalam genggaman Aminah terlepas dan secepat kilat Suraji berguling lalu meraihnya. Satu tebasan cukup untuk mengantarkan wanita malang itu pada kematian, namun malam itu lagu kematian belum berakhir secepat itu.
“Apa yang ayah lakukan?” Raji muda berteriak pada ayahnya. Matanya melotot, keringat mengucur deras di sekujur tubuhnya. Tubuhnya lemas oleh apa yang baru saja terjadi, ibunya terbunuh tepat di hadapannya dan pembunuhnya adalah orang yang paling dia banggakan, ayahnya sendiri.
“Ibumu perempuam sundal, sudah seharusnya dia mati” bukannya menyesal atas apa yang baru saja terjadi, Suraji malah mengutuk dan meludahi tubuh Aminah yang tergolek tidak bernyawa.
Nafas Raji tak beraturan, kemarahannya kian menjadi-jadi, namun dia tidak mampu menyembunyikan ketakutannya, dia tidak berani menghadapi ayahnya, apalagi lelaki di depannya bukanlah lagi sosok ayah yang dikenalnya, melainkan iblis yang jauh lebih menakutkan.
“Pergi kau, bocah terkutuk” Suraji berteriak pada Raji. Mengacung-acungkan celuritnya.
Raji bergeming, tanpa sadar ketakutan telah menuntun kakinya mundur beberapa langkah, namun tangannya mengepal, tekadnya sudah bulat. “Dia bukan ayah, dia iblis, dia harus mati!” batinnya berteriak lalu terdengar sebagai gumam-gumam pelan amarah.
“Pergi kau, atau dengan celurit ini kau juga akan kubu…” belum sempat mengakhiri kata-katanya, Suraji terjatuh menghantam dinding, dia tak mengira Raji bakal berlari dan menendangnya, dia tak sempat menghindar, tendangan Raji telak mengenai dadanya dan inilah hasilnya. Dadanya sesak, dia kesulitan bernafas, perih yang berasal dari luka yang mengangah di punggungnya kian menjadi. Dia meraih celurit yang terlepas dari genggamannya dan dengan susah payah berusaha berdiri kembali. Dia meludah, terasa asin karena darah memenuhi kerongkongannya.
“Anak kurang ajar” Suraji berteriak dan secepat yang dia mampu menyerang ke arah Raji. Dalam keadaan biasa, Raji tentu takkan mampu menandingi Suraji, ayah sekaligus gurunya, tapi tidak saat ini, Raji mampu mengelak dari tebasan celurit ayahnya, lagi dan lagi.
Lama-kelamaan gerakan Suraji kian tak terkendali, dia ayunkan celuritnya ke segala arah. Nafasnya kian berat ditambah lagi dengan luka di punggungnya yang perihnya semakin menjadi-jadi. Suraji kelelahan, namun Raji belum berani menyerang, dia hanya mampu mengelak dan menghindar, celurit di tangan ayahnya membuatnya berfikir dua kali. Tempo duel kian melambat, Suraji sudah sangat lelah. Keringat bercampur darah yang mengucur dari tubuhnya membasahi lantai di sekitar tempatnya berdiri. Dia menunduk, namun matanya tak henti memandang Raji, kalau tahu ini semua kan terjadi, dia pasti akan membunuhnya sejak dulu, tak peduli meskipun dia adalah darah dagingnya sendiri.
Raji tak menyia-nyiakan kesempatan, ayahnya yang menunduk kelelahan adalah mangsa harus segera dia terkam, namun ternyata tak semuda yang dia kira …
“Aaah …!” Raji berteriak, mengerang kesakitan, lutut kanannya terasa perih. Dia ambruk, sebilah celurit telah bersarang dalam lututnya. Dia tidak menyangka ayahnya akan melemparkan celuritnya. Sebenarnya Raji belum terlambat menyadarinya, dia sempat menghentikan langkah lalu melindungi kepala dan dadanya dengan kedua tangannya, namun ternyata ayahnya mengincar sasaran yang lain, lututnya.
Erangan Raji kian keras, Raji muda belum siap menerima luka separah ini. Suraji mendekat, malam ini dia telah membunuh istrinya dan di malam yang sama anaknya sebentar lagi juga kan menyusul ibinya ke alam kematian. Suraji kian dekat, hanya beberapa langkah dari tubuh Raji yang belum mampu bangkit. Dia tersenyum, kemenangan sudah berada di tangannya, namun …
“Aaargh …!” Suraji meraung. Raji menikamnya tepat di ulu hatinya. Suraji tidak menyangka Raji akan secepat itu bangkit, dia sama sekali tidak memiliki kesiapan. Terlambat untuk menyesali, dia tak menyangka semua ini kan terjadi. Dia dibunuh darah dagingnya, mati tertusuk celuritnya sendiri.
Raji tersadar dari lamunannya akan kenangan pahit sepuluh tahun yang lalu. Gerimis mengucur kian deras membuat malam semakin kelam. Raji memandang bayi di gendongan pamannya. “Bunuh saja anak itu, bukankah dia hanya anak tirimu” Bisikan jahat memenuhi pikiran Raji. Raji berfikir keras, dia menarik nafas dalam-dalam, dia sudah membuat keputusan.
Kadir memandangi Raji dengan penuh tanda tanya, meski dia sudah merawat dan mendidik Raji sejak kecil, dia tetap tidak bisa menebak apa yang ada dalam pikirannya. Bisa jadi dia marah padanya lalu menyerangnya atau malah sebaliknya, bisa juga dia setuju dengan pendapatnya untuk membunuh bayi itu.
Raji berdiri lalu mendekat pada pamannya. “Maafkan aku paman, aku sudah membuat keputusan, aku akan merawat anak itu apapun takdir yang akan menungguku” Akhirnya Raji sudah berdiri tepat di depan Pamannya.
Kadir masih ragu dengan apa yang yang harus dia perbuat. Dipandanginya wajah bayi itu sekali lagi. “Kalau memang itu sudah menjadi keputusanmu aku setuju saja, kita akan mendidiknya bersama-sama.” Kadir mendekat pada Raji, diserahkannya bayi dalam gendongannya. “Semoga saja apa yang kuramalkan tidak pernah terjadi”
Raji bisa memahami jalan pikiran pamannya. Kekhawatiran pamannya tentu punya alasan, tapi apapun alasannya bayi dalam gendongnya sama sekali tidak berdosa, dia tetap tak tega membunuhnya atau melihatnya dibunuh.
Hujan telah reda, seperti sebilah celurit yang teracung, tinggi di langit sana bulan sabit tersenyum bangga. Dalam gendongan Raji, bayi bernama Humaidi membuka matanya lalu membalas senyum sang rembulan.

nb:
Novel 'DIA, Perempuan Dicintai Luka' adalah pelampiasan dari sebuah ide nekat: Mencoba menulis novel, padahal untuk menulis puisi dan cerpen saja tidak bisa konsisten, jadi tidak heran kalau novel ini tidak lagi berlanjut. Selain novel ini ada beberapa judul lain yang juga berstatus pending, di antaranya 'NURUL', 'Kampus' dan 'KaliGrafity'. Yang jelas, saya memang tidak bisa menolakide yang datang.

Read More...

Me Not an Alchemist

Kemarin presentasi materi 'Sejarah Sains Islam', saya dapat tema tentang 'Sumbangsi Tokoh dan Peradaban Islam dalam Fisika dan Kimia', sudah bisa ditebak: hasilnya cukup mengecewakan.
Oh ya, dapat kata-kata menarik ni, kata Al-Batani:"Allah Maha Tahu, takkan biarkan hamba-Nya dalam kebodohan" Hmhmmm, jadi cocok dengan dengan motto blog ini donk:"Karena Kau Maha Ada, takkan tinggalkanku sendirian"

Read More...

Saya dan 4 Sahabat

Pertama,
Tidak ada yang tahu apa makna dibalik namanya, termasuk dirinya sendiri. Dan entah mengapa ternyata hal itu juga terjadi pada persahabatan kami, rasanya seakan-akan 'tanpa makna'.
Kedua,
Namanya berarti 'cahaya' bawakanku 'kedamaian' dan tunjukanku 'keagungan seorang perempuan' tapi dia adalah 'matahari', saya harus rela bila memang dia harus pergi.
Ketiga,
Awal perkenalan kami, namanya adalah 'semangat' dan 'keberanian' lalu saya tambahkan 'ketulusan' pada namanya, ketika itu dia tidak menolak, tapi ternyata saya salah, ketulusan itu rasanya tidak pernah saya temukan dalam dirinya.
Keempat,
Dia adalah 'mutiara' di laut dalam, 'emas' yang masih terpendam, saya percayabahwa dia kan berikan sebuah 'keajaiban'.

Read More...

Kaitou Kid

"Thiefs are artist who creatively steal their targets, but detectives don't amount to anything more than critics who look at the remains and try to find faults"

Read More...

Lagi-lagi

Akhir ini ingat Puput terus, mungkin memang sudah seharusnya, Juni adalah bulan-bulan terakhir, sampai hari ini belum saya temukan orang yang 'bisa' seperti dia, ah sudahlah, yang lalu biarlah berlalu, intinya segala kebaikan darinya tetap kan saya jaga. Dan saya sampai pada satu kesimpulan: Teman tidak diciptakan, teman adalah anugerah.

Read More...

Nurmala

Nurmala kini telah pergi
Merah di bajunya kini warna tak lagi pelangi
Nurmala kini telah pergi
Sisakan tanya, adakah di hatinya segenggam benci

12 Maret 08

Read More...

Illuminati

Aku bermimpi tentang pagi
Tentang terang bernama cahaya
. . .

Read More...

Juni: Step #2, This Blog Ghadan (2)

Kemarin dapat pinjaman bukunya Soe Hok Gie "Catatan Seorang Demonstran", buku yang menarik, Ie dapat banyak inspirasi n motivasi. Akan ada banyak perubahan pada blog ini ke depan setelah Ie baca buku tersebut; posting ini adalah posting terakhir yang menggunakan nama Ie, selanjutnya Ie akan menggunakan kata ganti "Saya" selain itu dalam penulisan blog ini, Ie akan berusaha menggunakan bahasa yang sesopan mungkin dan Insya Allah akan seserius mungkin mengurus blog ini, jadi ideologi awal yang "Asal Tulis n Asal Jadi Blog" sebisa mungkin akan ditinggalkan.
Mulai hari ini, blog ini akan bernama ALONEWALKER: Just an Ordinary Human Who has Extra-ordinary Dreams
Read More...

Aku Pinjam Bukumu

Aku pinjam bukumu, juga senja
yang tertera di akhir halamannya
Bila kau berkenan, kan kupinjam malammu
agar kutenang membaca lalu menyambutmu juga shubuh,
kedamaian yang tak kurindu.

Sendiri ini selalu sepi sampai pagi
tapi beruntung ku temukanmu malam ini
Kita terpisah jarak mengangah,
tapi hangatmu pagi
hadir tanpa harus kumencari
makna di butir cahaya, juga kata
membawaku kian larut di larut malam.

Malam ini kusendiri
purnama hianati, bintang-bintang sulit ku memilih
Di hati ini kau nyaris bermalam
tapi belum terlalu malam, mari kuantar pulang
Ku rela malam ini hanya berteman sepi
karena pagi dengan hadirmu segalanya terobati.

DD, 12 Desember 2006

Read More...

Entah

Sepasang puisi mati di diary pagi ini. Terbunuh pena yang kehabisan kata, juga bahasa-bahasa tak terbaca. Ada banyak kata tuk ungkapmu juga indahmu, namun ku hanya punya satu kata: Entah.

Kukira semalam mimpimu yang datang, ternyata mimpiku yang bangun kesiangan. Mentari menertawakanku pagi ini, hingga kuterbayang Putri sedang membaca, ajarkan kata-kata agar bahasa terkata, kata-kata tertawa, senyumnya jelas terbaca.

Lama sudah kami tak bicara, mungkin karenamu. Atau mungkin seharusnya kami ganti topik bicara, aku lupa, sudah lama aku tal sekolah, tah seharusnya kami bicarakan IPA. Fisika selalu sama, kami sudah lewati Gelombang, tapi ku belum hafal rumus Hambatan. Akhirnya ku tahu kenapa perasaan ini konstan; Ternyata masih banyak PR yang belum ku kerjakan.

Aku kehabisan kata-kata. harusnya puisi ini hampir jadi, tapi ku ragu dan bertanya: Untuk siapa puisi ini, untukmu ataukah Putri? Tapi sudahlah, bila kau sudah selesai baca, pinjamkan pada Putri agar dibaca atau dikoreksi.

Tak perlu bertanya lagi, percayalah, aku sudah kehabisan kata...

12 Maret 2007

Read More...

Makna

Makna ini terlalu kata. tak sepuisi sepi yang kau bawa pergi, juga mimpi. Puisi tak memberi ruang tuk sembunyi, ku tak tahu dimana harus kusembunyikan rindu. Tapi ku tak mampu bicara, entah dimana harus ku ungkapkan kata.

Makna ini terlalu kata, aku takut bila puisi ini kau baca. Ya, aku mencintaimu...

Makna ini terlalu kata, puisi ini takkan sempat kau baca. Kan ku kubur dalam agenda, sisanya ada di hati, tapi bukan untuk ku bawa mati.

10 Maret 2007

Read More...

Sepi

Detak sempat memenjara masa
tepat sesaat sebelum sepi kau curi
hanya detik teman menunggu terbaik
lalu semasa waktu akhirnya temukanmu
tertangkap basah...

Detak jantungmu bangunkanku dari mimpi
kita harus kembalikan sepi yang kau curi
cukup sudah sejarah kau buat marah
kau tertawa lalu sepagi cahaya di senyummu nyala
kau telah mengusir sepi.

Read More...

Farewell

Perpisahan hanyalah jeda
Untuk kita yang lelah membaca
Teman bukan berarti bertemu seharian
Rasa aman, kebersamaan dan kepercayaan
Itulah teman, itulah kau. . .

Mei 2007

Read More...

ALONEWALKER: Sang Pejalan-Sendiri

Murca sudah segantung cita di langit merah
Malam dalam benamkan tingginya cita
Malam kelam tenggelamkan cahaya

Tergoda aku tinggi mentari
Terbakar perih bahkan kini ku tak bisa bermimpi
Terlambat, dalam gelap ku berharap terbitnya pagi
Terangnya hari bukan milikku lagi

Kuberjalan sendirian
Kucari terangMu, Tuhan
Kuatkanlah hatiku pada iman
Kuyakin hidayahMu kan beriku jalan
Karena Kau Maha Ada takkan tinggalkanku sendirian

Mulai hari ini, blog ini bernama ALONEWALKER: Sang Pejalan-Sendiri
Read More...

Juni: Step #2, This Blog Ghadan

mem-follow up-i posting kemarin "BLOG: memang Bukan untuk oLang goblOG" maka di awal Juli ini Ie mulai ambil ancang-ancang. Gak ada rencana muluk2, kedepan Ie cuma ingin blog ini lebih rapi tapi tetep simpel *n tetep asal-asalan he3X*
jujur, Ie aja gak tau pasti sebenarnya tujuan awal dari blog ni paan, pokoknya dalam benak Ie, Ie cuma mau aktif nulis -lagi- meski cuma asal nulis. Tapi kalo bisa lebih serius, why not!
jadi... kita mulai penjelasannya dari 3 pertanyaan; #1. Blog ini mau bahas apa sih? Blog ini tidak punya tema pasti or tema khusus, blog ini memang bener2 asal nulis. #2. Rubriknya?? Pa ja ya, untuk sementara, Ie membagi posting Ie dalam beberapa kategori: Asal, tulisan yang sebenarnya uncategorized karena memang asal-asalan, mungkin nanti akan jadi kategori terbanyak, karena sumbernya bisa dari mana saja, bisa dari hasil renungan Ie pribadi maupun mengutip dari orang lain *pokoknya asal nulis*. Usul, tulisan ini berisi pendapat atau sekedar respon Ie tentang fenomena maupun peristiwa yg terjadi, jadi agak serius dibanding kategori yang lain *Mungkin kategori ni kan jadi yang paling sedikit, Ie kan cuek-bebek*. Usil, tulisan kurang kerjaan, dibilang serius nggak, dibilang lucu juga nggak *tapi jangan bilang jelek lho...*. Asli, tulisan2 berisi pengalaman Ie sehari-hari *yang lucu, yang pahit, yang manis, asem, asin... rame rasanya* Aspal, karya-karya Ie berupa tulisan fiksi, cerpen or puisi. #3. Apa menariknya blog ini n apa nilai lebihnya??? he3X, kayaknya gak ada deh *Asal deh...*
Wah capek... mau nulis apa lagi ya??? gak ada, ya udah Ie tinggal dulu, ciao... *lho kok???*

Y udah, langsung ja kita biarkan sang waktu menjadi saksi lika-liku blog ini nanti: *whuuuz. . . ada angin lewat*
Oh ya, ada pertanyaan yang kelupaan; #4. Siapa yang mau baca blog jelek gak bagus kayak gini??? Hikz2X, kayaknya gak ada deh...
Read More...

Kunjungan

free hit counter
 

KhuzaiE menggunakan Revolution Two Church theme oleh Brian Gardner adaptasi ke Blogger oleh Bloganol dot com