Journey to Gili: Hari yang Cerah untuk Jiwa yang Sepi

07 Juli tahun lalu adalah hari pertama saya menginjakkan kaki di Giligenting, perjalan yang menarik dengan sejuta kesan yang ditinggalkan. Saya rindu laut dan pasir putihnya, saya rindu terbitnya matahari yang begitu nyata, saya rindu Puncak dengan karang terjal, deburan ombak dan angin kencangnya, saya rindu pada Gili dan damainya pagi disana, saya selalu kan rindu GIli karena disanalah pelarian tempat saya melupakan kesedihan akan kehilangan seorang teman. Perjalan ke Gili ketika itu laksana mimpi, rasanya saya tidak mau menerima kenyataan bahwa saya telah kehilangannya. Ah sudahlah, tiga hari ini cukup sudah saya mengenang itu semua. Saya masih tetap pada pada keyakinan saya:"Dia yang datang pasti pergi, dia yang pergi belum tentu kembali. Ikhlaskan saja, yakinlah kau kan dapat ganti, bisa hari ini, esok atau mugkin di akhirat nanti" Dan itulah yang terjadi, Tuahn telah mengirimi saya teman-teman yang lain sebagai ganti, meski saya akui, belum ada yang bisa benar-benar gantikan dia. 07 07 07, rasanya tidak ada lagu yang lebih tepat untuk mengungkapkan hari ini, Peterpan - Hari yang Cerah untuk Jiwa yang Sepi:
Pagi biar kusendiri
jangan kau mendekat
wahai matahari
Dingin hati yang bersedih
tak begitu tenang mulai terabaikan

Hari yang cerah untuk jiwa yang sepi
begitu terang untuk cinta yang mati
Ah… ku coba bertahan dan tak bisa

Biru langit kelabuku
tak begitu luas seperti memudar
Kini tak terulang lagi
di hari yang cerah dia telah pergi

Hari yang cerah untuk jiwa yang sepi
Ahh… ku coba bertahan dan tak bisa
Ahh… mencoba melawan ku lepas
Hari yang cerah untuk jiwa yang sepi…
Begitu terang untuk jiwa yang mati

Hari yang cerah untuk jiwa yang sepi
Ahh… ku coba bertahan dan tak bisa
Ahh… mencoba melawan ku lepas
Semua telah hilang ….
Semua telah ….

0 komentar:

Kunjungan

free hit counter
 

KhuzaiE menggunakan Revolution Two Church theme oleh Brian Gardner adaptasi ke Blogger oleh Bloganol dot com