Malamnya, setelah Isya’ saya langsung tidur dan bangun lewat jam sepuluh. Saya pergi ke kamar Jack, saya sudah berjanji tuk membantunya mengerjakan tugas pak Hamzah, kami berdiskusi lumayan lama, pokok permasalahannya adalah tentang problematika dalam penelitian filsafat, sesuai dengan tugas pak Hamzah yakni membuat makalah berisi problema dalam penelitihan filsafat. Dari diskusi santai ini baru saya ketahui bahwa sebenarnya Jack tidak sepenuhnya paham tentang sistematika penulisan tugas ini. Akhirnya Jack membuat keputusan bahwa makalah yang akan dia buat adalah tentang perlunya pemahaman akan bahasa asli dari naskah atau buku yang diteliti, kamipun mengingat-ingat penjelasan pak Hamzah tentang itu. Saya memberinya saran agar deskripsi yang dipakai mengutip saja dari buku, setelah itu baru dirumuskan masalahnya. Tugas tersebut baru rampung menjelang jam setengah-sebelas, semoga saja diterima, bila ditolak lagi, maka ini sudah judul keempat yang dia ajukan.
Sudah jam setengah-satu, mungkin karena tadi pagi sudah puas tidur dan setelah Isya’ juga sudah tidur, maka saya sama sekali tidak merasakan kantuk. Saya bertemu Opunk, tengah malam begini ternyata dia belum tidur karena dia hendak berangkat ke Surabaya, dia bertanya pada saya apakah saya tidak mau menitip apa-apa karena dia juga mau ke Gresik dan ternyata Kak Dlo juga ikut. Hmhmmm, ternyata baik Kak Dlo dan Tante juga sama saja, mereka selalu lupa memberi saya kabar setiap kali saya pulang, saya jadi ingat Puput, dia juga sering lupa pamit… Mungkin persepsi saya tentang pamit lah yang harus dirubah, karena saya sering dikecewakan karena ini. Bagi saya pamit ketika hendak berangkat menunjukkan penghargaan kepada orang yang dipamiti, maka dari itu sebisa mungkin saya berusaha pamitan kepada orang-orang terdekat saya bila hendak berangkat kemana-mana. Masalahnya, karena ini saya kecewa pada Puput, pada Tante, pada Kak Dlo dan bila diteruskan maka daftar nama ini akan bertambah terus dan terus, kecewa lagi dan lagi…
Sudah jam satu, tapi saya belum ngantuk juga, mungkin sebaiknya saya tahajjud sekalian. Saya pernah dengar dari teman Cahaya bahwa dia adalah orang yang mewajibkan dirinya untuk shalat tahajjud, betapa menariknya punya teman seperti itu… ah sudahlah, saya memang berharap bisa berkenalan dengannya liburan Ramadhan ini, tapi sebelumnya saya harus memadamkan rasa yang berkecamuk di dalam hati saya, apapun namanya… cinta, nafsu atau apalah, yang jelas bila Allah menakdirkan kami menjadi sahabat, saya harus menjaga murninya persahabatan kami nanti, bukan karena dia sudah ada yang punya, bukan karena saya takut kecewa, tapi karena selama ini cinta seakan telah merenggut sahabat-sahabat terbaik dari hidup saya.
Sudah jam setengah-satu, mungkin karena tadi pagi sudah puas tidur dan setelah Isya’ juga sudah tidur, maka saya sama sekali tidak merasakan kantuk. Saya bertemu Opunk, tengah malam begini ternyata dia belum tidur karena dia hendak berangkat ke Surabaya, dia bertanya pada saya apakah saya tidak mau menitip apa-apa karena dia juga mau ke Gresik dan ternyata Kak Dlo juga ikut. Hmhmmm, ternyata baik Kak Dlo dan Tante juga sama saja, mereka selalu lupa memberi saya kabar setiap kali saya pulang, saya jadi ingat Puput, dia juga sering lupa pamit… Mungkin persepsi saya tentang pamit lah yang harus dirubah, karena saya sering dikecewakan karena ini. Bagi saya pamit ketika hendak berangkat menunjukkan penghargaan kepada orang yang dipamiti, maka dari itu sebisa mungkin saya berusaha pamitan kepada orang-orang terdekat saya bila hendak berangkat kemana-mana. Masalahnya, karena ini saya kecewa pada Puput, pada Tante, pada Kak Dlo dan bila diteruskan maka daftar nama ini akan bertambah terus dan terus, kecewa lagi dan lagi…
Sudah jam satu, tapi saya belum ngantuk juga, mungkin sebaiknya saya tahajjud sekalian. Saya pernah dengar dari teman Cahaya bahwa dia adalah orang yang mewajibkan dirinya untuk shalat tahajjud, betapa menariknya punya teman seperti itu… ah sudahlah, saya memang berharap bisa berkenalan dengannya liburan Ramadhan ini, tapi sebelumnya saya harus memadamkan rasa yang berkecamuk di dalam hati saya, apapun namanya… cinta, nafsu atau apalah, yang jelas bila Allah menakdirkan kami menjadi sahabat, saya harus menjaga murninya persahabatan kami nanti, bukan karena dia sudah ada yang punya, bukan karena saya takut kecewa, tapi karena selama ini cinta seakan telah merenggut sahabat-sahabat terbaik dari hidup saya.
0 komentar:
Posting Komentar