Jadi ingat dua tahun lalu, waktu saya nyaris 'pergi' dari tempat ini, pada seorang teman yang menyayangkan tentang keputusan itu saya hanya bisa berkata:
"Apa artinya saya puasa kalau dalam hati saya masih tertulis nama seorang wanita, apa artinya saya sholat berjamaah bila saya tidak menuruti kata-kata atasan saya. Ada yang salah dalam diri saya... itu saja."
Ya Allah ternyata hingga hari ini belum sepenuhnya saya mengambil hikmah dari itu semua.
Mungkin saya ingin melihat senyumnya sekali saja, setelah itu saya pergi dari hidupnya, mungkin saya akan kembali setelah saya berubah, mungkin butuh waktu lama, tapi saya rela, bahkan bila ternyata nantinya dia ada yang punya...
Aku rindu guru Bahasa Inggrisku
Bajunya merah, senyumnya manis tak pernah marah
Ku masih berhutang senyum manis padanya
Karena ku tak pandai membaca apalagi bicara
Di depannya ku selalu kehabisan kata.
Aku rindu guru Bahasa Indonesiaku
Dia berjanji pinjamiku sebuah buku
Lalu padanya kujanjikan karya.
Aku masih penasaran nilai ujianku
Karena waktu itu selasa, ketika tahun baru tepatnya
Hingga aku lupa dan tak belajar karenanya.
Bila ku teringat dia ku kan tertawa
Karena ketika terakhir kali bicara
Bukannya membahas tata bahasa
Dia malah ajariku do’a puasa
Tapi ku paling rindu pada guru IPA
Karena cantiknya sepasti Fisika
Tapi sealami Biologi tanpa bahan Kimia
Ah sudahlah, nilai IPA-ku kan selalu 3
Hingga tiap kali bertemu ku merasa sungkan
Terlebih bila PR darinya belum kukerjakan
0 komentar:
Posting Komentar